MENYIRAM LITERASI AKAR RUMPUT

Sore itu, setelah saya melakukan pendampingan supervisi di SMA Negeri Satu Atap Tejakula saya langsung menuju ke salah satu desa batungsel untuk bertemu dengan siswa saya di Komunitas Desa literasi Batungsel, Pupuan Tabanan Bali yang dikelola oleh Bapak Wayan Artika. Saya sudah tidak sabar bertemu dengan siswa yang sejak dari pagi sudah melakukan kegiatan pegabdian kepada masyarakat dalam bentuk literasi di desa. Saya langsung tancap gas melalui daerah seririt.
Perjalanan ini saya tempuh selama 2 jam. Sesampai di Pupuan saya berhenti sejenak untuk istirahat membeli perlengkapan dan istirahat di salah satu mini market. Tidak lupa juga saya membeli camilan untuk nanti bisa dijadikan sebagai bahan penunda lapar di lokasi. Tanpa Sengaja saya bertemu dengan teman saya yang menuju minimarket tersebut. Kebetulan karena saya tidak tahu jalan menuju lokasi maka saya menunggu teman saya selesai berbelanja lalu sama-sama menuju lokasi dengan cara membuntuti arah mobilnya mereka. Dan terjadilah aksi buntut membuntuti seperti polisi yang mengejar maling, dimana saya di belakang tak tahu arah dan tak sempat  melihat pemandangan karena saya fokus melihat "bokong" belakang mobil teman saya karena takut tersesat.
Akhirnya mobil teman saya berhenti juga sampai di suatu tempat tepat di belokan jalan kami parkir beriringan seperti deretan kendaraan yang konvoi berjajar satu dengan yang lain. Di depan kendaraan saya ada juga mobil warna putih ngejreng  yang bersamaan datang dari arah utara. Kami sama sama keluar dari kendaraan dan ternyata bapak tersebut adalah Bapak Wayan Artika, sang tuan rumah.
Sesampai di lokasi, saya disambut oleh cuaca yang sangat sejuk dan bersahabat. Suhu udara yang ada di Desa Batungsel kira-kira berkisar antara 20 sampai 15 sampai 20 derajat Celcius suasana yang sejuk ini membuat kita lebih mendukung melaksanakan aktifitas dan baik untuk kesehatan.
Sesampai di sana kami bertemu dengan siswa yang berjumlah hampir 16 orang yang terdiri dari penggiat literasi dari sekolah kami yang merupakan siswa kelas 11 dan 12. Mereka sejak pagi harinya telah melaksanakan Project community service literasi di SD 1, SD 2, dan SD 5 Batungsel mereka ditemani oleh guru-guru ada Bapak Rio, Bapak hary, Ibu Krishna, Ibu Arik dan juga bapak Ngurah.  
Tidak perlu adaptasi lama untuk di sana kami sudah dianggap seperti keluarga sendiri oleh tuan rumah. Pada malam hari kami diajak makan bersama dengan menu nasi goreng yang sudah dibuat oleh siswa dan juga ditemani dengan segelas air jeruk. Pada sela-sela makan bersama kami membicarakan tentang bagaimana perkembangan literasi yang ada di Desa Batungsel dan juga bagaimana visi kedepan untuk pengembangan literasi yang ada di daerah Bali.
 Pada kesempatan itu kami terus berbincang mengenai literasi yang dibangun dari desa bisa menjadi akar rumput yang kuat dalam gerakan literasi nasional.  Pengembangan literasi  di setiap desa ditengarai menyebabkan pertumbuhan literasi bagi anak-anak dan juga komunitas yang ada di sana bisa menjadi lebih baik lagi.


Sesi diskusi ditemani es jeruk yang menggoda selera


Sesi selanjutnya adalah diskusi terbuka antara Siswa kami dengan bapak Artika. Sesi dibuka dengan pemaparan mengenai sejarah berdirinya Desa literasi ini di Desa Batungsel, banyak hal yang dapat dipetik dari perjuangan membangun desa literasi ini sehingga anak-anak kami diharapkan mampu untuk mendapatkan sesuatu hal yang baru dari Desa literasi. Ditengah-tengah diskusi,  kami disuguhkan pisang goreng dan secangkir teh yang mampu menghangatkan suasana diskusi.
Obrolan kami terus berlanjut sampai berujung pada titik dimana pengembangan literasi yang ada di sekolah ataupun yang ada di masyarakat sekarang ini masih harus perlu digalakkan. Perlu adanya gerakan bersama untuk mengembangkan anak-anak didik kita untuk menjadi lebih baik lagi. Literasi ini juga harus sesuai dengan perkembangan umur, bahan-bahan bacaan yang disediakan oleh komunitas Desa literasi ini harus lebih disesuaikan pada perkembangan umur mereka karena anak-anak di sini sudah menjadi dewasa sehingga diperlukan adanya buku-buku yang yang lebih sesuai dengan apa yang mereka harus baca.
Diskusi literasi dengan Bapak Artika
Salah satu hal penting dari diskusi yang kami dapatkan adalah bahwa literasi yang diterapkan tidak hanya pada membaca tapi bagaimana menggerakkan motorik mereka menjadi lebih aktif lagi karena literasi tidak hanya kemampuan pada membaca tapi bagaimana kemampuan pada menulis menyimak dan juga bagaimana mereka mampu mengaktualisasikan diri sehingga bisa lebih bermanfaat bagi masyarakat. Untuk mengakomodasi kegiatan tersbut maka desa sebagai akar rumput pemerintahan yang paling dekat dengan masyarakat perlu untuk  menggalakkan literasi di setiap desa. Karena saya yakin di setiap desa perlu untuk diadakan suatu kegiatan literasi minimal menggerakkan budaya baca di setiap desa. Selain itu juga sebagai akar rumput terbawah diharapkan setiap desa memiliki minimal perpustakaan ataupun komunitas-komunitas belajar sebagai variasi belajar yang berbeda dengan sekolah. Komunitas belajar di setiap desa yang memilii cara belajar yang berbeda dengan sekolah akan memberikan tambahan  pengalaman belajar yang baru bagi anak-anak dan sudah barang tentu bermanfaat bagi mereka.  
Literasi akar rumput yang dikembangkan di Desa Batungsel ini dapat dipersonifikasikan sebagaimana suatu tumbuhan yang harus terus disirami ole seluruh komponen masyarakat agar terus tumbuh dan yang pada nantinya akan ada bunga-bunga generasi yang literat di desa itu. Kegiatan ini ditutup dengan pemberian dan juga secara simbolis kenang-kenangan bagi dari kami kami dari siswa SMA Negeri Bali Mandara kepada komunitas ini yang diwakili Bapak Wayan Artika semoga bisa menjadi bermanfaat untuk anak-anak yang ada di Desa Batungsel.
Foto bersama dengan latar belakang pemandangan Desa Batungsel

Related

artikel 6318296938881677885

Post a Comment

emo-but-icon

Follow Us!

Blogger news

Trending

item