"TRONJAL-TRONJOL" PENDIDIKAN POLITIK BAGI GENERASI MILENIAL

Disrupsi Edukasi Politik


Kehadiran Capres-cawapres fiktif Nurhadi-Aldo dalam kontestasi politik dalam masyarakat sekarang ini dapat dijadikan sebagai suatu pembelajaran oleh para elit politik bahwa stigmatisasi politik juga dapat disampaikan melalui humor. Selain itu juga masyarakat sudah terlalu jenuh dengan polarisasi yang menyebabkan kemunculan ujiaran kebencian yang semakin meningkat. Pengunkapan pesan humor dalam Nurhadi-Aldo dapat membuat pembaca menjadi lebih rileks dan santai dalam menyikapi perbedaan pendapat dan menyampaikan ide yang kadang di luar kebiasaan.  Dengan slogan tronjal-tronjol maha asyik, pembaca dan penikmat media social disuguhkan sajian humor politik yang membuat pembaca menjadi lebih rileks. Tronjal-tronjol  ini dipersonifikasikan sebagai  sikap gelisah untuk untuk melakukan sesuatu namun masih pada kenikmatan diri-sendiri.
Salah satu Famflet Pasangan Capres Cawapres Fiktif Nurhadi Aldo di Instagram

postingan kocak Pasangan Capres Cawapres Fiktif  Nurhadi Aldo


Pendidikan politik bagi masyarakat penting dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk berdemokrasi yang sehat dan menghargai perbedaan pendapat. Objek pendidikan politik dalam bernegara adalah warga negara yang sudah sah secara undang-undang dalam menentukan hak pilihnya. Proses pendidikan politik di masyarakat sebaiknya dilakukan sejak dini mulai dari usia sekolah karena mereka perlu paham dan mengerti politik dan bagaimana cara berpolitik yang baik dan benar.


Sekarang ini, edukasi politik di masyarakat terkadang sangat kebablasan. Perbedaan pendapat dalam politik dipandang sebagai suatu hal yang tabu dan mengakibatkan disrupsi orientasi yang menuju pada perpecahan. Cara-cara politik yang tidak elegan, salu mengutamakan kekuatan fisik, hoax atau berita bohong di media sosial, dan penebaran isu yang tidak benar untuk mengggiring opini publik di masyarakat merupakan klimaks dari efek "tronjal-tronjol" edukasi politik yang kebablasan.
Pendidikan Politik yang terjadi sekarang ini terkadang dianggap sebagai suatu dagelan. Polariasi antar pihak yang berkepentingan dipertontonkan di seluruh media massa baik cetak mapun elektronik. Tak pelak masyarakat terus dihujani oleh dagelan kubu tersebut. Dagelan ini dapat dilihat dari anggota masing-masing kubu yang dulunya mendukung salah satu idolanya sekarang malah kembali menjadi oposan bagi idola yang lama. Perbedaan kepentingan, membuat anggota kubu tersebut menjadi berbalik haluan menyerang balik.
Pendidikan politik yang masih tronjal- tronjol ini tentu perlu kita sikapi bersama. Masyarakat yang jenuh akan kontestasi yang mengarah kepada ujaran kebencian. Pendidikan politik ini sangat penting dilakukan di tingkat Sekolah Menengah dimulai dari siswa yang telah berumur sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Pendidikan politik di sekolah terutama di sekolah menengah atas merupakan miniatur dari bagaimana siswa tersebut melatih kecakapan untuk menghargai perbedaan dan juga menghargai atas kemenangan dan kekalahan.
Partai politik sebagai pengendali dalam perpolitikan di Indonesia ternyata sampai sekarang ini belum mampu untuk mendidik warga negara dalam pendidikan politik. Partai politik baru kelihatan disaat menjelang pemilu saja. Setelah Pemilu keberadaan partai politik hilang begitu saja seperti ditelan bumi. Menjelang pemilu partai politik seperti ibarat artis yang terpampang nyata jelas di seluruh jalan jalan raya di tempat-tempat umum. Tak pelak keberadaan spanduk dan baliho mereka  dapat mengganggu kenyamanan pengendara dalam berlalu lintas.
Kebanyakan gambar spanduk dan baliho yang dipasang para peserta pemilihan hanya mengutamakan wajah saja, namun sangat minim terhadap program. Apa-apa saja program mereka, masyarakat belum tahu sama sekali.  Calon anggota dewan tersebut belum dapat memberikan informasi yang jelas kepada konstituennya program apa saja yang dilakukan jika nanti akan terpilih menjadi wakil rakyat.

Edukasi Politik yang Bermartabat

Pemilhan umum nanti bagi partai politik tentu saja ini menjadi suatu ajang untuk memberikan informasi kepada masyarakat dalam memilih calon-calon mereka tidak hanya dengan cara memasang baliho saja tetapi juga diharapkan partai politik mampu untuk edukasi pada pemilih dengan cara turun ke lapangan dan juga memberikan gambaran kepada masyarakat program apa saja yang akan dilakukan oleh partai tersebut melalui media massa cetak atau elektronik.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai regulator diharapkan juga mampu memberikan ruang kepada partai politik untuk bisa menyosialisasikan program-program resmi partai politik melalui website resmi dari KPU. Pada website atau informasi dari KPU juga diharapkan dapat memperlihatkan calon anggota dewan beserta program dan juga track record  dari seluruh kontestan pemilu. Rekam jejak tidak hanya pendidikan namun juga pengalaman dan seluruh rekam kehidupan kontestan pemilu.  
Tronjal-tronjol pendidikan politik yang sekarang ini terjadi adalah bagaimana partai politik sebagai pemegang kunci dalam pendidikan politik mempertontonkan suatu kegaduhan yang tentu saja dapat memberikan stigma yang negatif kepada konstituen. Bagaimana mereka mempertontonkan perbedaan pendapat yang sangat tidak etis di media massa cetak ataupun elektronik yang sangat tidak baik untuk dikonsumsi oleh anak-anak generasi bangsa kita. Kalau terus ini terjadi maka generasi generasi milenial siswa-siswa kita tentu akan menjadi lebih antipati terhadap partai politik ataupun hal-hal yang menyangkut tentang dunia politik. Padahal salah satu kunci dari kesuksesan bangsa ini adalah bagaimana edukasi politik tersebut mampu diserap oleh siswa ataupun generasi milenial sehingga lebih banyak lagi anak-anak muda untuk terjun ke dalam dunia politik. Karena dengan politik generasi muda juga dapat berkontribusi untuk mengubah masa depan mereka.
Selama ini edukasi politik bagi pelajar ini tidak masuk ke dalam satu kurikulum. Pembelajaran politik yang dimaksud adalah bagaimana siswa ataupun generasi muda ini diberikan suatu pemahaman bahwa politik itu penting untuk menunjang ataupun mewarnai dari proses demokrasi yang ada di Indonesia. KPU, pemerintah dan dinas yang terkait diharapkan mampu untuk mengedukasi anak-anak kita supaya tertarik untuk masuk ke dalam dunia politik. Edukasi yang paling sederhana adalah memberikan sosialisasi kepada pemilih pemilih muda milenial ke sekolah-sekolah tentang bagaimana cara memilih dan juga bagaimana caranya mendapatkan akses informasi yang jelas tentang siapa calon anggota dewan yang akan dipilih. Selama ini KPU, Bawaslu hanya memberikan informasi bagaimana cara memilih dengan benar namun belum mampu untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai profil resmi dari calon anggota dewan yang akan dipilih oleh mereka. 
Diharapkan dengan telah dilaksanakannya pendidikan politik dikalangan pelajar sebagai pemilih pemula, maka  tingkat partisipasi pemilih dapat lebih meningkat, dan presentase Golput dapat menurun karena hak suara para pelajar juga mampu menentukan keberhasilan pembagunan kedepan.

Pentingnya pendidikan politik pemula sebagai upaya membangun kesadaran berpolitik dan memberikan pengetahuan yang memadai sehingga mereka dapat berpikir secara rasional dalam pengambilan keputusan dan penggunaan hak politik secara sadar dan rasional. Momentum Pemilihan umum ini penting bagi pemilih muda untuk mengenal para calon pemimpin yang tidak hanya memiliki kapasitas dan integritas sebagai tokoh tapi juga memiliki visi dan misi dalam memajukan pembangunan nasional.

Related

artikel 5990910161998959621

Post a Comment

emo-but-icon

Follow Us!

Blogger news

Trending

item